Minggu, 18 Oktober 2009

DANGEROUS MISSION FROM THE CLUELESS MIND

Bolt (2008)
Directed: Chris Williams, Byron Howard / Cast: John Travolta, Miley Cyrus, Mark Walton

Dia adalah anjing putih yang perkasa. Dia memiliki kekuatan super, dapat berlari secepat kilat, lincah tanpa tandingan, dan gonggongannya sangat destruktif. Dia adalah anjing super. Dia bernama Bolt. Dan dia adalah bintang di serial televisi. Ya, Bolt adalah anjing superstar, yang hanya memiliki kekuatan super hasil rekaan visual efek. Bolt terlihat mengesankan di depan layar, beraksi ke sana kemari, menjalankan misi rahasia yang telah ditulis di atas skenario. Yang menjadi masalah adalah, Bolt sepenuhnya yakin bahwa dia adalah anjing super.

Bisa dibilang, inilah pembuktian Disney pada dunia, bahwa mereka masih mampu menghasilkan sebuah film animasi 3D tanpa bantuan Pixar. Sebelumnya, film animasi 3D non-Pixar mereka mendapat hasil dan sambutan yang kurang baik –jika tidak mau dibilang mengecewakan. Valiant dan The Wild flop dipasaran, sementara Meet the Robinson disambut biasa-biasa saja, kendati filmnya bagus. Bolt bisa dikatakan titik balik bagi Disney, yang telah tergantung pada Pixar selama satu dekade lebih, di sektor animasi 3D.

Lewat serangkaian kesalah-pahaman, Bolt (Travolta) menyangka majikannya, Penny (Cyrus), benar-benar diculik oleh Dr. Calico, penjahat fiktif di serial televisinya. Berniat menolong Penny, Bolt malah terbawa dan tersesat di New York. Ia pun mengira ‘kekuatan super’nya lenyap akibat stereofoam. Dan lewat kesalah-pahaman pula, Bolt ‘terikat’ bersama Mitton (Susie Essman), kucing liar hitam yang disangka peliharaan Dr. Calico. Tak lupa, hadir pula marmut-di-dalam-bola-plastik, bernama Rhino (Walton), yang semakin mewarnai hiruk-pikuk petualangan Bolt.

Kisah Bolt sendiri terbilang segar. Memadukan sedikit ide dari The Truman Show, aksi heroik a la The Incredibles, serta komedi-satiris tentang ‘palsunya’ dunia showbiz, Bolt hadir begitu lucu dan menggelitik. Bolt, yang bagaikan kura-kura di dalam tempurung, begitu bersemangat menolong Penny, sekaligus bersikeras bahwa dia adalah anjing super sungguhan.

Adalah Mitton yang menyadarkan Bolt, bahwa dia hanyalah superstar dengan kekuatan artifisial belaka. Mitton adalah kucing hitam cerdik / licik (tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya), dengan pandangan sinis akan dunia. Semula Mitton hidup layaknya Fagin, tokoh di kisah Oliver Twist, yang mengeksploitasi para merpati untuk memberikannya upeti berupa makanan. Hidupnya yang ‘nyaman’ porak-poranda, begitu Bolt datang. Mitton pun berkali-kali nyaris kehilangan nyawanya, akibat aksi nekat Bolt, yang masih tidak tahu menahu tentang dunia nyata, di luar studio film.

Lalu muncullah Rhino, marmot peliharaan, yang hobi menonton televisi, dan Bolt adalah idolanya. Karena pemujaannya terhadap Bolt yang berlebiha, serta antusiasme dan semangatnya yang over-the-top; ‘fans berat’ Bolt yang satu ini malah lebih nekat, dibandingkan dengan Bolt sendiri. Rhino hadir sebagai tokoh dramatis yang mencuri perhatian dan hati kita. Kemunculan – dan aksi gilanya – senantiasa ditunggu oleh kita semua.

Dengan kemunculan Mitton dan Rhino, Bolt bukan satu-satunya karakter yang menarik untuk diperhatikan. Bolt memang tokoh utama, tapi Mitton dan Rhino memiliki keunikan karakter yang lebih kaya dibandingkan oleh Bolt. Mitton yang ogah-ogahan beralih dari ‘musuh’, menjadi ‘mentor’ bagi Bolt, agar ia bisa bertahan di dunia nyata. Rhino yang terkadang membawa masalah pun (tanpa ia sadari, tentu saja), bisa menjadi penyemangat dan penolong nyata bagi Bolt. Hubungan yang mengikat mereka lewat serangkaian kejadian accidental, malah berubah menjadi persahabatan yang kukuh, saat mereka berpetualang bersama ‘menyelamatkan’ Penny.

Practical joke, serta humor-humor satiris diporsir secara maksimal, dari awal hingga akhir, tanpa harus terasa berlebihan. Keberagaman karakter trio anjing-kucing-marmut pun turut mewarnai kisah di film ini, dan menjadi poin plus tersendiri. Bolt yang clueless, Mitton yang hopeless, dan Rhino yang fearless, membuat perjalanan sederhana mereka menjadi sebuah petualangan yang menegangkan, sekaligus mengocok perut.

Sekali lagi, kehadiran Bolt bisa dijadikan sebagai pembuktian, bahwa animasi 3D Disnye-non-Pixar patut dan layak untuk diperhitungkan. Nominasi Oscar untuk kategori Best Animated Feature 2008 pun berhasil diraihnya (bersanding dengan Wall-E), merupakan bukti nyata dari pernyataan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Penikmat film, musik dan buku-buku yang bagus