Senin, 12 Oktober 2009

A WONDERFUL JOURNEY, A BEAUTIFUL DEATH


DEPARTURES / OKURIBITO (2008)

Directed: Yojiro Takita / Cast: Mashahiro Motoki, Ryoko Hirosue

Inilah film yang memenangkan penghargaan Oscar, kategori Film Berbahasa Asing Terbaik tahun 2008. Dan film ini layak mendapatkannya! Film ini begitu menyentuh, indah, serta kaya akan filosofi tentang kehidupan dan kematian. Tema kisahnya sendiri termasuk unik, karena tidak banyak film yang mengangkat kisah tentang pengurus upacara pemakaman, tepatnya perias mayat.

Daigo (Motoki) adalah seorang pemain cello yang kehilangan pekerjaan, akibat orchestra tempat dia bergabung mengalami kebangkrutan. Bersama Mika (Hirosue). istrinya yang cantik, Daigo memutuskan untuk mencari pekerjaan di kampung halamannya. Dari surat kabar, ia mendapat lowongan pekerjaan di sebuah agen, yang semula ia kira sebagai agen perjalanan. Namun, betapa terkejut dia, ketika tahu bahwa agen tersebut bergelut di bidang pemakaman. Gaji yang besar membuat Daigo mengurungkan diri untuk keluar, dan malah nekat untuk menjalani profesi barunya yang tak lazim tersebut.

Semula, Daigo mengalami kesulitan dalam beradaptasi, akan tetapi, lama kelamaan ia mulai mencintai profesinya tersebut. Hambatan serta tantangan tak pergi begitu saja. Orang Jepang sangat percaya terhadap takhayul, termasuk istri dan temannya, sehingga menganggap bahwa profesi Daigo dapat mendatangkan karma buruk. Akibatnya, Daigo pun ditinggalkan oleh istrinya, serta dikucilkan oleh teman-temannya.

Para pemain dalam film ini berperan dengan baik dan natural. Motoki tampil meyakinkan sebagai suami yang bertanggung jawab, sekaligus canggung dalam menjalani profesi barunya. Lalu ada Hirosue... Ah, dia memang benar-benar manis dalam memerankan Mika. Mika ditampilkan sebagai wanita muda perkotaan, yang tampil gaya dan menggemaskan. Tidak hanya penampilannya saja yang manis, namun seni peran yang dibawakannya mampu membuat siapa pun memaafkan kesalahannya, meski ia meninggalkan sang suami.

Masih ada satu lagi problematika hidup yang harus dihadapi oleh Daigo. Sang ayah meninggalkannya saat ia masih kecil, membuat Daigo dewasa memendam kebencian yang amat sangat. Terlebih, dari kabar yang ia dengar, ayahnya pergi gara-gara mengejar wanita lain. Sub plot ini disisipkan dengan rapi, hingga tidak mengganggu jalannya cerita, juga tidak hanya sebagai ‘tambahan’, yang bisa dibuang begitu saja. Justru dengan hadirnya sub plot ini, kisah dalam film menjadi lebih kaya dan bermakna. Dengan demikian, Okuribito tak melulu menceritakan tentang prosesi merias mayat saja. Unsur hubungan antara anak dan orang tua (dalam kasus ini anak dan ayah) juga turut dipaparkan, hingga membuat film ini menjadi lebih menyentuh lagi.

Ada romantisme yang juga dihadirkan oleh Yojiro Takita dalam filmnya ini. Prosesi menghias mayat ditampilkan dengan penuh penghargaan, penghormatan, juga kecintaan, sehingga kita dapat merasakan keindahan dalam sebuah kematian. Kecuali Anda berhati dingin, Anda pasti akan menitikkan air mata melihat adegan-adegan tersebut. Sungguh terasa syahdu dan menggugah perasaan. Alur film ini juga berhasil dijaga dengan baik, hingga terasa ‘mengalir’ dengan tenang. Sesekali, diselipkan beberapa humor sederhana, yang menjadi ‘riak-riak’ kecil yang menyenangkan.

Lewat kisah yang disajikan, tak hanya Daigo, kita pun akan turut mengalami ‘pencerahan’ akan konsepsi hidup dan mati. Kematian tidak seharusnya menjadi sebuah momok yang menakutkan. Profesi Daigo justru berusaha menjadikan ‘kematian’ sebagai sosok yang tenteram. Dan lewat kematian, kita pun dapat mensyukuri hidup, serta berusaha agar kehidupan kita bisa jauh lebih ‘cantik’ daripada kematian kita nanti. Pada akhirnya, film ini ingin menyampaikan bahwa kematian bukanlah sebuah akhir, melainkan sebuah perjalanan bagi awal yang baru…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Penikmat film, musik dan buku-buku yang bagus